HarianNTB.com – Setiap tanggal 22 April diperingati Hari Bumi, dan pada Peringatan Hari Bumi 22 April 2022 kali ini, Google memperingati Hari Bumi dengan menampilkan Doodle yang membahas tentang perubahan iklim atau climate change.
Menggunakan citra real time-lapse Google Earth Timelapse, Google doodle menampilkan perubahan iklim dari beberapa sudut bumi.
Harian NTB mengambil empat lokasi bumi yang mengambarkan bahwa bumi mengalami perubahan iklim setiap tahun oleh Google Eart. Seperti Glester Columbia di pantai Selatan Alaska, Glester Greenland, Glester Pulau Pinus di Selatan Antartika, dan Glester Furtwangler di puncak Gunung Kilimanjaro.
Berdasarkan pantuan Harian NTB melalui Google Eart, Glester Columbia atau es mengalami penurunan dari tahun 1984 sampai 2020. Dijelaskan, penurunan atau pencairan es tersebut disebabkan oleh meningkatnya suhu panas global.
‘’Kami memulai perjalanan kami di pantai selatan Alaska di mana Gletser Columbia menuruni Pegunungan Chugach dan mengalir ke Prince William Sound. Perhatikan pergerakan gletser. Ini telah mundur lebih dari 20 kilometer (12,5 mil) ke utara, menjadikannya salah satu gletser yang paling cepat berubah di planet ini. Banyak faktor yang berkontribusi terhadap kemundurannya, termasuk meningkatnya suhu global,’’ jelas Google Eart seperti dikutip Harian NTB dalam laman tersebut, Jum’at (22/4/2022).
Selain itu, Glester Greenland juga mencair dan bekontribusi terhadap kenaikan permukaan laut mulai sejak tahun 1984-2020.
‘’Lapisan es yang mencair di Greenland Utara berkontribusi langsung terhadap kenaikan permukaan laut global. Pemanasan suhu telah mempercepat pencairan es laut dan lapisan es Greenland,’’ jelasnya.
Beralih ke Antartika, Glester Pulau Pinus juga mengalami hal serupa mengalami penurunan sejak tahun 1984-2020. Penurunan atau pencairan es tesebut menyebabkan permukaan air laut naik.
‘’Kami menuju ke selatan Antartika, di mana Gletser Pulau Pinus adalah salah satu gletser yang paling cepat surut di benua itu. Di Antartika, lapisan es hingga 4,8 kilometer (3 mil) menutupi lebih dari 97 persen permukaan. Menurut National Science Foundation, jika es ini kembali ke lautan, permukaan laut global akan naik 61 meter (200 kaki). Untungnya bukan itu masalahnya, tapi kita masih bisa melihat es pecah dan gunung es baru terbentuk di Pine Island Bay,’’ jelasnya.
Hal serupa juga dialami Glester Furtwangler di kawasan puncak Gunung Kilimanjaro yang mengalami penyusutan sejak tahun 1985-2020.
‘’Di dekat puncak Gunung Kilimanjaro terdapat Gletser Furtwangler, gletser yang surut dengan cepat yang dulunya merupakan bagian dari lapisan es di puncak Kilimanjaro. Perhatikan perubahan dari puncak yang tertutup salju menjadi tanah tandus. Hampir 85 persen gletser telah menghilang dalam satu abad terakhir,’’ terang Google Earth. (DMS)