Tanjung, HarianNTB.com – Tanaman porang saat ini menjadi trend di Indonesia. Nilai ekonomisnya sangat tinggi bahkan diekspor keluar negeri untuk diolah menjadi bahan makanan dan kesehatan.
Porang (Amorphophallus muelleri) merupakan tanaman penghasil umbi. Petani Porang di Kabupaten Lombok Utara menyebutnya Lombos. Porang ini dibudidaya oleh petani karena umbinya menjadi komoditas bernilai tinggi. Selain nilai ekonomisnya tinggi penanmannya juga cukup mudah.
Saat dihubungi HarianNTB.com, Sabtu (16/10/2021), Putranom salah satu petani Porang di Desa Sambik Elen Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara mengaku, sudah mendapatkan pulahan hingga ratusan juta dari penjualan Porang.
Kepada Harian NTB Putranom menceritakan awal mulanya menanam porang hingga mendapatkan cuan dari hasil menanam porang.
‘’Pertama dulu kita kan nyoba sendiri budidaya porang ini tapi ngambil bibitnya dari hutan dan menanam cara sendiri dan satu tahun kemudian sudah merasakan hasil penjualan dari lahan satu are sampai tiga puluh jutaan,’’ ungkap Putranom kepada Harian NTB, Sabtu (17/10/2021).
Awal mulanya mencari porang sejak 2015, kata Putranom, karena mendapat permintaan dari salah satu temannya yang berada di Bali. ‘’Ada teman saya di Bali nelpon dan minta dicarikan Porang, waktu itu pun teman saya tidak mengetahui namanya, hanya mengirim poto, dari poto itu kemudian saya cari Porang liar di hutan dan dapat 187 ton, kemudian saya jual ke Surabaya dengan harga Rp 2 ribu perkilo kalau dirupiahkan ada sekitar Rp 314 jutaan,’’ Kata Putranom.
Kemudian dari penghasilan itu, kata Putranom, ia mencoba menggerakkan kelompok tani untuk menjadikan porang sebagai komiditas unggulan.
‘’Dari penghasilan itu kita coba gerakkan ke kelompok tani kebetulan saya juga jadi pengurus di kelompok tani agar porang ini dijadikan komoditi unggulan kelompok, dan teman-teman juga mendukung karena tidak susah mencari bibitnya kala itu pada tahun 2017 kalau sekarang sudah beda, sekarang susah cari bibitnya,’’ kata Putranom.
Kemudian pada 2017 itu, kata Putranom, Kelompok tani serentak menanam porang, namun karena lahan yang begitu luas bibitnya yang ada jumlah bibit sedikit sehingga pihaknya mengajukan proposal ke Dinas Pertanian Lombok Utara untuk memperoleh tambahan bibit.
‘’Proposal kita dulu sempat ditolak karena porang katanya bukan program pertanian melainkan program pihak kehutanan, namun berbagai upaya dilakukan akhirnya kita mendaptkan empat kuintal katak porang (bibit) untuk ditanam di kebun,’’ katanya.
Selain itu, kata Putranom, kelompok juga mendapatkan bantuan dari Balai Taman Nasional Gunung Rinjani untuk menerima bantuan dana sebesar Rp 25 juta untuk budidaya porang sebagai upaya untuk menjaga kelestarian hutan.
‘’Respon dari taman nasional juga bagus, kita diberikan sedikit dana kala itu ada dua puluh lima jutaan, dan itu kita pakai beli bibit, karena waktu itu belum banyak yang jual bibit dan kita beli bibitnya diantar kelompok,’’ katanya.
Setelah mendapatkan bantuan tersebut, Kelompok Tani di Sambik Elen kemudian kedatangan mahasiswa KKN Universitas Mataram.
‘’Karena kami satu-satunya kelompok yang budidaya porang, maka diutuslah mahasiswa KKN Unram ke Sambik Elen untuk pembinaan Porang selama 6 bulan, kemudian kita dibuatkan proposal ke Astra Internasional melalui pak Prof. Suwardji, karena kita satu-satunya kelampok di Indonesia yang mengajukan proposal budidaya porang dan berhasil lolos yang tergabung dari empat desa di Kecamatan Bayan yakni Desa Sambik Elen, Desa Lolaon, Desa Senaru, dan Desa Batu Rakit’’ jelasnya.
Kelompok di empat desa tersebut dipilih, kata Putranom, karena berbatasan dengan kawasan hutan karena Porang suhu habitatnya ada di hutan.
‘’Kemudian melalui Astra kami mendapatkan dana motivasi sekitar seratus tujuh puluhan juta untuk empat kelompok tersebut untuk Budidaya Porang,’’ katanya.
Seiring penjalanan, ‘’Setelah kelmopok ini budidaya, Porang menjadi Booming, dan dua minggu kemudian kami didatangi oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) untuk uji DNA Porang,’’ katanya.
Pengujian itu dilakukan, karena ada perbedaan antara porang di NTB dengan di Jawa, ‘’kalau di Jawa penanaman Porang dengan ‘Perlakukan’ kalau di Lombok ditanam secara alami, dan Porang kita di Lombok masih unggul dari bobot umbinya, kalau di Jawa beratnya mencapai 5kg sampai 16 Kg per umbi, kalau di Lombok sampai 20kg dan 30kg, bahkan ada yang terakhir kemarin sampai 42 kg perumbi porang liar ’’ katanya.
Dikatakan, tanaman porang yang saat ini sedang dibudidaya direncanakan akan dipanen pada bulan April 2022 mendatang dan direncanakan akan mendatangkan menteri pertanian.
Sejauh ini, kata Putranom, Budidaya dari tahun 2019 sampai 2020, petani sudah menjual bibit sebanyak 3.500 Pollibag dengan harga per polibag Rp. 4.000, atau dengan nilai penjualan secara keseluruhan sebesar Rp. 14 Juta.
Selain itu, ia juga menjual umbi produksi Liar sebanyak 8 ton dengan harga Rp 8.500/kg, jika ditotalkan petani mendapat Rp 68 juta.
Hal serupa juga disampaikan Ketua Kelompok Tani Berkah Bersama Desa Batu Rakit, Rumede (38), Minggu (17/10/2021) mengatakan, bahwa kelompoknya juga sudah mengahasilkan puluhan juta dari hasil panen budidaya Porang.
‘’Sabtu kemarin anggota kelompok kami berhasil panen porang sebanyak 7 ton dengan harga Rp 6.500/Kg, jika dirupiahkan sekitar Rp 45 juta,’’ ungkap Rumede kepada Harian NTB, Minggu, (17/10/2021).
Sementara Petani Porang di Desa Senaru Kecamatan Bayan, Nurmalam mengatakan, saat ini tidak mau menjual Porangnya meskipun sudah ada yang tawar seharga Rp 7.500/Kg.
‘’Kami belum mau menjual Porang, meskipun sudah ada yang tawar harga Tujuh Ribu Lima Ratus perkilo,’’ kata Nurmalam sambil tersenyum.
Dikatakan, ia akan menjualnya tahun depan pada bulan Juli 2022, hal itu dilakukan karena proyeksi keuntungan yang didapat akan lebih tinggi jika dijual tahun 2022.
“’Sekitar bulan Juli 2022 kami akan panen, dan perkiraan yang kami dapat sekitar 25 ton dan keuntungannya akan lebih tinggi,’’ jelasnya.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Pertanian Unram, Prof. Ir. H. Suwardji, M.App.Sc., Ph.D. selaku salah satu aktor yang membina petani Porang di Lombok Utara, Sabtu, (16/10/2021) menyampaikan, bahwa petani Porang di Lombok Utara sudah mulai bermunculan dan ada empat desa yang sudah sukses budidaya porang di Lombok Utara yakni Desa Sambik Elen, Loloan, Senaru, dan Desa Batu Rakit.
‘’Kita saat ini sudah dokumentasikan ada empat desa yang sudah sukses budidaya porang yakni Desa Sambik Elen, Loloan, Senaru, dan Desa Batu Rakit,’’ ungkap Prof. Ir. H. Suwardji, M.App.Sc., Ph.D saat ditemui Jurnalis Harian NTB di Laboratorium Lapangan Budidaya Porang dan Pasca Panen di Desa Andalan, Kecamatan Bayan Sabtu, (16/10/2021).
Keempat desa tersebut sudah dibina selama 3 tahun hingga sampai saat ini. Atas kesuksesan keempat desa tersebut, kata Prof. Ir. H. Suwardji, program Pembinaan Petani Porang kembali akan dilakukan kepada tujuh Desa di Kecamatan Gangga.
‘’Pembinaan budidaya porang kita lakukan terhadap semua desa di Kecamatan Gangga,’’ katanya.
Dikatakan, saat ini ditingkat kabupaten Lombok Utara sudah dianggarakan terkait Porang menjadi produk unggulan.
‘’Sekarang ditingkat kabupaten, pak bupati sudah menganggarkan Porang ini jadi produk unggulan,’’ katanya.
Saat ini pihaknya terus melakukan pembinaan terhadap kelompok petani Porang di Lombok Utara malai dari proses penanaman sampai pemasaran. (DMS)