Mataram, HarianNTB.com – Rocky Gerung dikabarkan akan mengisi Seminar Nasional 24 Tahun Reformasi bertajuk “Titik Nol Penegakan Hukum dan Keadilan” yang diinisiasi Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa Pengawal Ideologi Bangsa (UKM PIB) Universitas Mataram, pada Jum’at, 16 September 2022 mendatang.
Namun, alih-alih menyambut baik, kedatangan Rocky Gerung justru ditentang oleh jajaran tertinggi kampus Universitas Mataram (Unram).
Hal itu dibenarkan oleh Ketua Panitia Seminar Nasional Anggra Mauluddin Riady MS (23) saat dikonfirmasi Harian NTB Senin (29/8/2022) mengatakan, bahwa Unram tidak menerima Rocky Gerung di Unram.
“Tidak bermasalah di tema dan segala macamnya. Akan tetapi tidak menerima Rocky Gerung untuk hadir ke Universitas Mataram,” ujar Ketua Panitia Seminar Nasional, Anggra saat dikonfirmasi Harian NTB, Senin (29/8/2022).
Alasan penolakan tersebut, kata Anggra, tidak disampaikan secara detail oleh kampus.
“Tidak ada alasan yang disampaikan, entah ada apa dengan bung Rocky sampai pihak Unram tidak setuju dengan kegiatan kami,” katanya.
Imbas dari penolakan tersebut, semua kegiatan seminar yang rencananya akan dilaksanakan di dalam kampus tepatnya di gedung Dome Unram terpaksa akan dialihkan diluar kampus.
Sementara itu, Ketua Umum UKM PIB Unram Adrian Islah Pradana mengaku, bahwa alasan kampus menolak pelaksanaan seminar nasional yang diisi Rocky Gerung karena kampus belum siap.
“Kita (UNRAM) belum siap menerima itu karena ada hal-hal yang ditakutkan,” ujar Adrian mengulang alasan Wakil Rektor III Unram saat melakukan audiensi bersama rekan-rekannya ke Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni pada Senin, (29/8/2022) pagi.
Adrian membeberkan, bahwa penolakan tersebut disampaikan setelah Wakil Rektor III bertemu dengan Rektor Unram diruangannya.
“Tadi WR tiga membawa proposal kami kedalam ruangan Rektor, mungkin disana ada dialog satu, dua sampai tiga menit, dan baru setelah WR tiga keluar dan tidak setuju dengan narasumber Rocky Gerung tersebut,” jelas Adrian.
Atas penolakan tersebut, dirinya menilai bahwa Unram mundur ke masa Orde Baru (Orba), “bahkan bisa dibilang lebih parah dari masa orba anti kritik dan tidak berani menerima kebebasan dan perbedaan dalam berpikir,” sesalnya.
Bahkan ia menyarankan Unram, agar mengikuti beberapa kampus luar seperti Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) bisa menerima narasumber nasional dengan baik meskipun ada perbedaan cara berfikir.
Harian NTB telah menghubungi Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unram, Prof. Dr. Ir. Enny Yuliani, M.Si untuk meminta konfirmasi lebih lanjut. Namun, hingga berita ini dimuat belum ada jawaban. (DMS)